Jumat, 01 Mei 2020

Ramayana : Kematian Ramabargawa

Sebelumnya : http:// .blogspot.com/2012/11/sayembara-sinta.html

Pendeta itu tiada lain adalah Rama Parasu atau Rama bargawa putra Bagawan Jamadagni yang dahulu membunuh Prabu Arjuna Sasrabahu. Pendeta itu menghadang dan menantang.
Ramabargawa menerjang barisan terdepan dan langsung mendekati Ramabadra berada. Ia menantang perang . mendengar ini Dewi Sinta takut bukan kepalang. Prabu Dasarata menenangkannya. Teriak   Ramabargawa, “ hee Ramabadra, hayoo berperang melawanku. Siapa yang lengah mati.” Prabu Dasarata turun dari kereta karena merasa kasihan kapada putra dan putrid menantunya yang masih berusia muda. Ia melakukan sembah kepada pendeta tinggi besar itu . katanya, “ duh sang wiku, kasihanilah putra dan putri menantuku. Mereka masih begitu muda.Tidak mungkin melawan paduka.”

Mendengar ucapan Prabu Dasarata tersebut Ramabargawa sama sekali tidak menghiraukannya. Ia langsung menuju ke tempat Rama berada. Diberikan gendewa raksasa yang dipegangnya kepada Rama sambil berkata. “ hee Rama, peganglah gendewaku ini. Traiklah kalau engkau mampu atau kuat. Kalau gendewa ku ini tertarik olehmu, aku kalah. Tetapi kalau engkau tak mampu menariknya maka engkau kalah.”

Mendengar tantangan tersebut setiap orang yang mendengarnya merasa ngeri. Semuanya menarik nafas panjang. Satu-satunya yang tetap tenang adalah Rama. Ia cepat menerima gendewa. Ditariknya dengan mudah, bahkan sampai gendewa itu patah. Menyaksikan ini Ramabargawa terkejut, mukanya pucat,menunduk dan berkata perlahan, “ panahlah leher ini, bukankah aku telah kalah olehmu. Engkaulah yang akan menjadi sarana kematianku. Engkaulah yang akan menjadi sarana aku pergi ke Kaendran.”

Rama dengan tersenyum melaksanakan permintaan Ramabargawa tersebut. Anak panah mengenai leher Ramabargawa putra Resi Jamadagni itu . pendeta yang gagah perkasa berwajah ganteng ke mana-mana selalu menjinjing gandewa raksasa dan pernah membunuh Prabu Arjuna Sasrabahu dulu itu musnah bersama tubuhnya. Langsung naik ke Suralaya dan menjadi dewa yang nantinya dikenal dengan nama Dewa Resi Ramaparasu.

Menyaksikan peristiwa tersebut semua yang hadir merasa lega. Prabu Dasarata memerintahkan agar iring-iringan berhenti beristirahat sebentar dan berpesta makan bersama. Para anggota pasukan bersuka ria. Setelah itu iring-iringan melanjutkan perjalanan.

Tidak lama kemudian mereka tiba titepi kota. Rakyat seluruh negeri Ayodya telah mendengar bahwa gusti mereka Ramawijaya atau Ramabadra telah memboyong putri Mantili Dewi Sinta.

Sudah beberapa hari ini terjadi kesibukan yang luar biasa di Ayodya. Kesibukan itu terutama berlangsung di istana. Rakyat Ayodya tuamuda, leai-perempuan, besar-kecil berdiri rapi dikiri –kanan jalan yang akan dilalui pengantin dan mengelu-elukannya.

Prabu Dasarata beriku putra nda putri menantunya terus saja menuju istana. Kedua pengantin itu mendapat sambutan mesra dari ibu-ibu mereka Dewi Sukasalya, Dewi Kekayi dan Dewi Sumitra. Sluruh istana bahkan seluruh penduduk Ayodya mencintai putri Mantili Dewi Sinta yang cantik, ramah dan selalu tersenyum.

Keuda pengantin baru itu kemudian memasuki rumah khusus keemasan yang indah sekali yang memang disedikan untuk mereka. Dari rumah inilah kedua mempelai itu mulai membangun kasih. Mereka hidup bahagia saling mencintai..


Untuk membaca kisah lengkap Ramayana silakan Klik Disini.