Kamis, 21 Mei 2020

BAMBANG SUMANTRI, Bukan Pemimpin UNTHUL


Rasanya kurang sreg kalau hanya disebutkan segi negatip sifat Bambang Sumantri seperti yang ditulis oleh Ki Dalang Ir Sri Mulyono dalam “Wayang dan karakter manusia” di Buana Minggu.

Maksud kami menulis ini tidak sekali-sekali ngguroni pada Pak Ir. Sri Mulyono, tetapi hanyalah sebagai penggemar wayang yang merasa agak “kistruh” membaca tulisan Pak Sri tersebut. Adapun sifar positif yang perlu diketahui umum mengenai diri Bambang Sumantri ialah:

1. Benar dia adalah seorang yang punya kedudukan karena mencatut prestasi orang lain (adiknya). Tetapi jangan dilupakan, bahwa sekalipun katakanlah mencatut prestasi orang lain, Bambang Sumantri ternyata mampu menjalankan tugas jabatannya. Sebagai Spatih (Perdana Menteri) malah tidak hanya mampu, tetapi justru Bambang Sumantri bisa dijadikan “teladan” bagi setiap pejabat bahwa dia adalah pejabat yang penuh rasa tanggung jawab. Sekalipun risiko yang harus dia hadapi. Dia tidak segan-segan mengorbankan jiwanya demi untuk tanggung jawabnya kepada Negara dan Rajanya.

Dalam ceritera wayang digambarkan bahwa ketika Raja Harjuna Sasrabahu sedang “berweek end” menuruti rengekan sang first lady yang cantik, negara diserang oleh musuh (Rahwana), yang ada hanya Bambang Sumantri alias patih Suwanda. Karena dia merasa bertanggung jawab sebagai pejabat tertinggi, dia tahu kalau Dasamuka bukan tandingannya, tetapi toh dia tidak melarikan diri dari tanggung jawab. Akhirnya Patih Suwanda mati.

2. Bambang Sumantri mempunyai falsafah, dia hanya akan ngenger pada raja yang bisa mengalahkan kesaktiannya. Ini menunjukkan bahwa Bambang Sumantri sebagai pemudia punya sifat “sengguh”. Sengguh dalam arti positip, bukan dalam pengertian salah kaprah yang berarti sombong. Manusia kalau kehilangan watak sengguh, akan mudah tergelincir ke perbuatan yang nista, misalnya menipu, mencuri dan sebagainya. Bambang Sumantri bukan tipe manusia “unthul” (pemimpin pupuk bawang), asal jadi bisa pemimpin. Dalam masyarakat banyak manusia “unthul” ini. Jadi pemimpin tidak bisa apa-apa. Pokok dapat gajih, mobil, fasilitas lainnya. Tentu saja manusia macam begini tidak akan tahan lama. Ia akan ketahuan belangnya. Karena naiknya bukan berdasarkan prestasi.